PENERAPAN
E-BISNIS SEBAGAI PEMBENTUK KEUNGGULAN BERSAING (COMPETITIVE ADVANTAGE) PADA
PERUSAHAAN
Latar
Belakang Masalah
Banyak perusahaan telah memanfaatkan TIK dengan
beragam cara. Internet dan e-Bisnis banyak dimanfaatkan organisasi untuk
mendukung proses bisnis dalam upayanya menjadikan perusahaan lebih efisien.
Melalui Internet dan e-Bisnis dunia seolah tanpa batas, peluang mendunia terbuka
lebar tapi disisi lain kenyataannya adalah nyaris tiap organisasi berpikir hal
yang sama dan perusahaan tetap perlu menghadapi rival yang juga memanfaatkan
TIK.
Di sisi lain, untuk dapat bertahan dalam persaingan
bisnis yang kian ketat, perusahaan perlu sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan
menjadi andalan perusahaan dalam bersaing. Sesuatu yang disebut keunggulan
bersaing (competitive advantages).
Tren penerapan TIK yang meningkat membuat penerapan
e-Bisnis kian krusial dalam membantu proses bisnis, berkolaborasi dan
berinovasi. Melalui penerapan e-bisnis yang tepat sebuah perusahaan dapat
menciptakan produk dan/atau layanan yang berbeda dengan pesaing, melayani pelanggan
dengan lebih baik, mempersingkat waktu keluarnya produk baru, dll. Lebih jauh,
pada beberapa perusahaan, ternyata penerapan e-bisnis dapat dijadikan
Keunggulan Bersaing perusahaan.
Keunggulan kompetitif
adalah “sesuatu hal yang lebih baik yang dilakukan organisasi dibandingkan
pesaingnya”. Ketika sebuah organisasi melakukan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan pesaing, atau memiliki sesuatu yang diinginkan pesaing, hal itu dapat
disebut keunggulan kompetitif.
Karakteristik E-Bisnis
1. Business
to Business (B2B), yang hingga saat ini paling dominan dalam praktek e-bisnis;
2. Business
to Consumer (B2C), yaitu transaksi nilai dengan pembeli individual;
3. Consumer
to Business (C2B), dimana konsumen menjual produk langsung kepada konsumen
lainnya;
4. Consumer
to Business (C2B), meliputi model individu yang menjual produk dan jasa kepada
organisasi, serta individu yang mencari penjual, berinteraksi dengan penjual
tersebut dan melakukan transaksi;
5. Non
business electronic commerce, terdiri dari institusi non bisnis seperti lembaga
pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan
instansi pemerintah;
6. Intrabusiness
(organizational) electronic commerce, meliputi semua aktivitas internal
organisasi yang biasanya dilakukan melalui Internet dan meliputi pertukaran
barang, jasa atau informasi.
Manfaat e-bisnis bagi
konsumen
1. informasi
yang dapat lebih cepat diterima;
2. konsumen
dapat memperoleh barang dan jasa dengan biaya yang lebih murah karena mereka
dapat berbelanja ataupun melakukan transasi kapan saja dan dimana saja, serta
dapat
3. melakukan
perandingan barang dan jasa dengan lebih cepat;
4. memungkinkan
interaksi antar pelanggan dan antar perusahaan-pelanggan dengan lebih cepat.
Penerapan
E-Bisnis
E-bisnis
memungkinkan terciptanya model bisnis yang baru dan cara baru dalam proses bisnis.
King & Clift (dari Philips 2003) mengatakan bahwa ada empat tahap para
perusahaan bermigrasi ke e-Bisnis yaitu:
1. situs,
organisasi eksis di dunia maya melalui situs yang sedapat mungkin terintegrasi
proses jual-beli dengan back office, sistem pelanggan dan pemasaran;
2. menghubungkan
situs ke rantai pasokan;
3. membentuk
aliansi, aliansi akan dibuat untuk menjalankan model bisnis baru. Contohnya
adalah electronic share dealing via internet;
4. mempererat
industri, e-bisnis memungkinkan industri mengkombinasikan keahlian dan
menghasilkan paket-pket solusi.
Penerapan
e-bisnis perlu disertai dengan perubahan perspektif internal organisasi dan
adaptasi
budaya
organisasi. Pola penyebaran knowledge pun perlu diperbaiki karena salah satu
elemen vital dalam kesuksesan penerapan e-bisnis adalah knowledge management.
Perusahaan pun perlu menetapkan model bisnis yang cocok dengan e-bisnis yang
diterapkan.
Dukungan
internal dalam bentuk struktur organisasi, budaya organisasi dan kapabilitas
SDM
sangat
diperlukan demi kesuksesan penerapan e-bisnis. Ada lima teori utama untuk
desain organisasi yaitu coherence design, five-track approach, process
approach, self design, dan sociotechnical system yang dapat membantu
organisasi melakukan reka ulang struktur oraganisasi agar lebih cocok dalam
menerapkan e-bisnis. Menurut Neilson, Pasternack & Viscio (dari Philips
2003), organisasi e-bisnis bukan lagi satu entitas tunggal, namun telah menjadi
perpanjangan jaringan kerja yang tersebar ke seluruh dunia, unit bisnis yang
fokus pada pasar, dan berbagi layanan pendukung. Evolusi pada e-organization
terjadi pada tujuh dimensi utama yaitu:
(1)
struktur organisasi;
(2)
kepemimpinan;
(3)
karyawan dan budaya organisasi;
(4)
keterikatan (coherence);
(5)
pengetahuan (knowledge);
(6)
aliansi;
(7)
pengaturan (governance).
Penerapan
e-bisnis bukan tidak beresiko. Untuk itulah perlu ada pengukuran kinerja, pengukuran
resiko dan pelatihan per periode. Pada era ekonomi baru, segalanya dilakukan
secara digital, pengukuran kinerja meliputi keduanya, TI dan proses bisnis.
Kesimpulan
1. pada
beberapa perusahaan, penerapan e-bisnis dapat menjadi keunggulan bersaing
perusahaan;
2. agar
mendapatkan keunggulan bersaing, perusahaan perlu menentukan model bisnis yang
cocok bagi perusahaan;
3. penerapan
e-bisnis agar sesuai porsi yang dibutuhkan sehingga dapat dimaksimalkan.
0 komentar:
Posting Komentar